6 Hal Penting Dalam Acara Ziarah Ceng Beng Adat Tiong Hoa


rumah-duka-adijasa-surabaya01

Pesan bunga papan duka Surabaya Orang Tionghoa tiap tanggal 5 April dalam setahun akan melakukan tradisi Ceng Beng. Sebagian besar orang Tionghoa yang menyebar di seluruh dunia,
termasuk di Surabaya Indonesia akan melakukan tradisi berziarah ke kuburan para leluhur atau orang tua yang lebih populer dengan istilah Ceng Beng atau Qing Ming.

Ritual atau tradisi upacara kematian Tionghoa memang panjang, untuk orang Tionghoa yang baru meninggal, umumnya anggota keluarga akan menggunakan jasa rumah duka Adijasa untuk mengurus pemakaman.

Semua fasilitas akan diberikan di rumah duka Adijasa termasuk peti mati dan makanan untuk pelayat, terlepas mau pilih ritual pemakaman di perkuburan atau kremasi di krematorium. Setelah meninggal, orang yang meninggal akan memperoleh penghormatan di hari Ceng Beng.

Ceng Beng merupakan momen berkumpulnya orang Tionghoa di suatu rumah atau tempat selain ketika merayakan hari raya Imlek. Bagi orang Tionghoa yang sudah sering melakukan tradisi Ceng Beng setiap tahunnya pasti sudah biasa, tapi bagi beberapa orang tradisi ini masih sangat baru. Supaya tidak salah mengambil sikap, pastikan melakukan 6 hal ini ketika melakukan tradisi Ceng Beng.

6 Hal ini wajib dilakukan saat acara ceng beng adijasa surabaya

1.      Menyiapkan Peralatan
Ketika melakukan acara Ceng Beng, ada beberapa peralatan yang wajib dibawa, seperti sarung tangan yang berguna untuk membersihkan area makam dari rumput liar dan serpihan bunga papan duka cita yang diberikan oleh para peziarah sebelumnya, membawa sapu lidi untuk membersihkan area sekitar pemakaman serta kuas dan cat yang nantinya akan dipakai melapisi lapisan cat yang luntur. 
Makam yang sudah selesai dibersihkan akan diberikan tanda dengan menaruh kertas kuning di atas makam, hal ini dikaitkan dengan sejarah Kekaisaran Dinasti Ming oleh Yuan Zhang.
Sebagian besar orang Tionghoa akan membersihkan area pemakaman satu bulan sebelum tanggal 5 April, namun ada juga yang memilih untuk membersihkannya di hari Ceng Beng. 
Ada baiknya untuk melakukan pembersihan ini jauh-jauh hari supaya tidak repot membawa berbagai peralatan kebersihan di hari H. 
Akan lebih baik lagi jika ahli waris rutin melakukan pembersihan makam, baik dilakukan seorang diri atau dengan meminta bantuan penjaga makam, cukup berikan uang perawatan makam secara rutin.

2.      Menyiapkan Makanan
Ada banyak menu makanan yang diperuntukkan untuk acara sembahyang seperti manisan, teh, kue basah, buah-buahan, arak, dan hidangan utama. Di zaman dahulu, orang Tionghoa akan memasak seluruh kebutuhan makanan sembahyang dan membawa semua hidangannya ke area pemakaman. Tapi kini, banyak orang yang mulai menyederhanakan menu makanan sehingga bisa dibawa dengan lebih mudah dan praktis terlebih jika anggota keluarga yang akan hadir jumlahnya sedikit.
Selesai melakukan ritual sembahyang, makanan yang dibawa bisa dimakan bersama-sama dengan seluruh anggota keluarga yang hadir, sisanya bisa dibawa pulang. Agar area pemakaman tetap bersih dan asri, bawa plastik ekstra untuk menyimpan bekas makanan dan buang sampahnya di tempat sampah.
Faktanya, sebagian besar orang Tionghoa tidak mau lagi makan makanan dari sembahyang leluhur atau orang tuanya. Sebenarnya ini bukan persoalan, karena inti tradisi Ceng Beng adalah ziarah dan sembahyang, asalkan mengikuti tradisi Ceng Beng sampai selesai maka artinya sudah melestarikan adat dan tradisi dengan baik, dan berhasil menanamkan rasa hormat pada para leluhur.

3.      Berkomunikasi dengan Semua Anggota Keluarga
Melaksanakan upacara Ceng Beng memang lebih khidmat bila dilakukan bersama seluruh anggota keluarga. Jika memiliki keluarga besar yang tidak tinggal di satu wilayah, entah di luar kota atau bahkan luar negeri maka bisa saling memberikan informasi lalu mengatur jadwal pelaksanaan dari upacara ziarah dan sembahyang Ceng Beng sehingga semua anggota bisa ikut berkumpul tanpa terkecuali. Meski ada juga yang sekadar mengirimkan bunga duka Adijasa.
Padahal ada ungkapan yang mengatakan jika lebih baik tidak pulang untuk merayakan hari raya Imlek daripada tidak pulang untuk melakukan tradisi Ceng Beng. Oleh karena itu, sebelum tanggal 5 April, pastikan semua persiapan sudah selesai, termasuk tiket pesawat.

4.      Bawa Karangan Bunga Papan Duka Cita
Pada umumnya, ketika mendekati hari Ceng Beng, terdapat banyak penjual bunga dadakan yang menjual bunga. Jika tidak kebagian jatah untuk membawa makanan, tidak ada salahnya untuk membawa bunga duka Adijasa untuk ditempatkan di atas makam leluhur atau orang tua.
Membawa bunga jauh lebih baik daripada tidak membawa apa pun, setidaknya meskipun hanya seikat bunga saja, apalagi jika bunga yang dibawa adalah bunga favorit dari orang yang sudah meninggal.

5.      Membawa Perlengkapan Sembahyang
Lebih baik lupa membawa bunga yang dibeli di toko bunga Surabaya, daripada lupa untuk membawa perlengkapan sembahyang. Semua perlengkapan sembahyang seperti dupa, lilin dan kertas perak atau kuning yang digunakan untuk ditaburkan tepat di atas makam. 
Menurut cerita masyarakat, ziarah kubur atau tradisi Ceng Beng tepatnya meletakkan kertas kuning/perak di atas makam pertama kali muncul sejak zaman kekhaisaran Zhu Yuan Zhang, kaisar yang berhasil mendirikan Dinasti Ming.
Terlahir dari keluarga miskin, tidak membuat Zhu Yuan Zhang putus asa, orang tuanya membesarkan Yuan Zhang dengan sangat baik bahkan mengirimkannya ke kuil. Sayangnya saat dewasa, Yuan Zhang memutusan melakukan pemberontakan Sorban Merah. Namun dengan keberanian dan kemampuannya, dalam waktu singkat Yuan Zhang berhasil menaklukkan Dinasti Yun dan bertransformasi menjadi seorang kaisar.
Sukses menjadi kaisar bukan berarti Yuan Zhang lupa dengan asal usulnya. Sayangnya ketika sampai di desa tempat tinggal orang tuanya, Yuan Zhang tidak bisa bertemu dengan kedua orang tuanya karena sudah meninggal. Lokasi makamnyapun tidak tahu berada dimana. 
Untuk mengetahui lokasi makam kedua orang tuanya, kaisar Yuan Zhang memerintahkan seluruh masyarakat untuk membersihkan makam para leluhur dan berziarah di hari yang telah ditentukan. Kaisar juga meminta masyarakat untuk meletakkan kertas kuning tepat di area makam sebagai tanda jika makam tersebut telah dibersihkan.
Setelah semua rakyatnya selesai membersihkan makam dan berziarah, kaisar Yuan Zhang datang untuk memeriksa semua makam tersebut dan menemukan beberapa makam yang tidak dibersihkan dan tidak ditandai. Kaisar berasumsi jika salah satu dari makam tersebut adalah makam milik orang tuanya. Sejak saat itulah, kegiatan ini menjadi tradisi yang dilakukan setiap tahun.

6.      Melakukan Sembahyang Ceng Beng
Pada puncak acara, seluruh anggota keluarga yang sudah hadir di area pemakaman, bisa langsung melakukan acara sembahyang Ceng Beng Adijasa Surabaya. Acara ini masih tetap dilakukan terutama oleh orang Tionghoa yang memegang teguh adat dan tradisinya.
Sayangnya banyak keturunan Tionghoa yang tidak melakukan tradisi Ceng Beng karena terbentur dengan jadwal pekerjaan atau tempat tinggal, mereka hanya meminta jasa toko bunga untuk mengirimkan pesan bunga papan duka Surabaya. 
Padahal tradisi ini hanya dilakukan sekali setahun dan maknanya sangatlah dalam terutama bagi penghormatan pada orang yang usianya lebih tua.
Etnis Tionghoa yang melakukan kremasi pada leluhur atau orang tua mereka juga bisa melakukan tradisi Ceng Beng, tentunya yang dikunjungi bukanlah tanah pemakaman melainkan rumah abu atau bisa juga dilaksanakan di rumah sendiri. Sebelum hari H, pastikan semua persiapan telah diselesaikan agar tradisi bisa berjalan dengan lancar dan sempurna termasuk beli bunga dari toko bunga Surabaya.

Agustina Florist toko bunga yang dekat rumah duka Adijasa,siap melayani pemesanan karangan bunga ucapan.

Hubungi Kami :
HP : 0812 3343 7027
WA : 0818 0329 1424
Email : agustinaflorist44@gmail.com
Website : clianthabunga.com


Tidak ada komentar untuk "6 Hal Penting Dalam Acara Ziarah Ceng Beng Adat Tiong Hoa"