Mengenal Proses Pemakaman Mai Song Dalam Tradisi Tionghoa
Toko bunga Surabaya – Mai Song merupakan tradisi kematian etnis Tionghoa yang berkaitan dengan
tradisi Ceng Beng, Sincia dan Rebutan.
Penjelasan masing-masing tradisinya sebagai berikut:
Penjelasan masing-masing tradisinya sebagai berikut:
·
Ceng Beng
Ceng Beng merupakan ritual
yang rutin dilakukan setiap tahun oleh etnis Tionghoa untuk ziarah kubur
sekaligus bersembahyang sesuai dengan ajaran agama Kong Hu Chu. Tradisi Ceng
Beng akan diselenggarakan tiap tanggal 5 April sehingga berdekatan dengan
tanggal tersebut, banyak orang Tionghoa yang menghubungi toko bunga Surabaya untuk memesan bunga.
Melihat dari ilmu astronomi dan terminologi
matahari, ritual Ceng Beng baiknya dilakukan di hari pertama dari kelima terminologi
matahari yang kemudian dikenal sebagai Qing Ming, sebagai penanda waktu bagi
orang untuk bebas pergi keluar serta menikmati musim semi dengan harapan bisa
melihat hijaunya daun atau melakukan upacara sembahyang dan ziarah kubur.
·
Tradisi
Rebutan
Merupakan bagian dari tradisi perayaan etnis
Tionghoa, dalam proses pelaksanaannya ada acara pemberian makan arwah yang kelaparan
yang sudah dilupakan oleh keturunan mereka, umumnya makanan ditumpuk hingga
menyerupai gunung karena etnis Tionghoa percaya jika arwah tersebut akan datang
lalu berebut mengambil semua hidangan persembahan yang telah disiapkan.
·
Sincia
Sincia atau Imlek merupakan
tradisi berkumpul bersama-sama dalam etnis Tionghoa. Semua anggota keluarga
besar diwajibkan untuk hadir dan berkumpul bersama, saling bercengkerama dan
berbagi kesenangan yang sudah mereka peroleh selama satu tahun lalu
bersiap-siap menyambut tahun yang baru dengan suka cita. Umumnya orang Tionghoa yang usianya masih muda akan
memberikan persembahan sebagai bentuk penghormatan pada orang tua lalu orang
tua akan memberikan angpao yang dibungkus kain merah sebagai lambang
keberuntungan, kesejahteraan serta kebahagiaan di masa mendatang.
Seluruh tradisi tersebut wajib dilakukan di hari yang baik, segala
dipersiapkan termasuk bunga papan duka cita.
Latar belakang pemilihan waktu dari prosesi setiap tradisi berdasarkan
kepercayaan agama Kong Hu Chu percaya jika satu tahun di bumi memiliki hitungan
yang sama dengan satu hari di akhirat. Tiga tradisi tersebut diibaratkan
sebagai jam makan manusia. Ritual Ceng Beng diibaratkan jam makan pagi, dilanjutkan
dengan ritual Rebutan sebagai makan siang, Sincia jam makam malam.
Semua tradisi di
atas rupanya didasari dan diawali oleh tradisi pemakaman yaitu Mai Song. Mai
Song ini menjadi awal mula orang Tionghoa melakukan tradisi-tradisi
selanjutnya. Dan sekarang berikut penjelasan mengenai upacara Mai Song tersebut.
Upacara Mai Song di Rumah Duka Adijasa
Tradisi Mai Song sudah sangat melekat pada diri
etnis Tionghoa dan sampai sekarang masih banyak orang Tionghoa yang melakukan upacara
tersebut serta pesan bunga papan
duka Surabaya untuk ditempatkan di rumah duka selama proses atau acara. Hal ini turut memperkenalkan kebudayaan, tata cara pelaksanaan
dan peranan penting tradisi Mai Song pada keturunan mereka agar masih dapat dilanjutkan secara
turun temurun.
Ritual Mai Song pada umumnya akan dilakukan sebelum jenazah leluhur dikubur
atau tradisi dalam ritual upacara kematian orang Tionghoa yang ditunjukkan
sebagai kali terakhir anggota keluarga melihat raga leluhurnya. Kegiatan yang
dilaksanakan pada tradisi ini tergantung dari agama yang dipercaya, dalam
kepercayaan umat kristiani, acara Mai Song merupakan tradisi kematian biasa
sedangkan dalam agama Buddha atau Kong Hu Chu, tradisi ini memiliki ritual
sembahyang khusus ditunjukkan untuk orang yang meninggal.
Dilakukan juga ritual pembakaran persembahan yang wajib diganti secara
teratur. Pada tradisi ini mayat yang dikremasi, abunya bisa disimpan di dalam
sebuah wadah lalu dibawa pulang oleh salah satu keluarga bisa juga sengaja
ditempatkan di rumah abu bersama bunga papan duka
cita. Beberapa anggota keluarga, lebih memilih melarung abu jenazah
leluhur atau anggota keluarga yang meninggal, hal ini biasa dilakukan ketika
tidak ada anggota keluarga yang dapat melanjutkan tradisi penghormatan atau
memang wasiat dari orang yang meninggal.
Di Surabaya, terdapat Adijasa Surabaya, rumah
duka yang menawarkan fasilitas persemayaman jenazah sekaligus upacara Mai Song.
Keturunan etinis Tionghoa yang menetap di Surabaya, umumnya mengurus jenazah
anggota keluarga yang telah meninggal di sini.
Tata Cara Serta Tahapan Mai Song
Pada proses pelaksanaannya terdapat sejumlah tahapan-tahapan yang wajib
dilakukan. Pertama-tama, mayat akan dimandikan lebih dahulu dan bila orang
tersebut usianya masih cukup muda, maka akan dikenakan riasan wajah lalu
dipakaikan pakaian terbaik. Setelah itu, mayat akan ditempatkan dalam peti
jenazah, proses penutupan peti akan dilakukan ketika seluruh anggota keluarga
hadir dan melihat wajah orang meninggal secara bersamaan. Penutup peti jenazah
dibuat dari material kaca sehingga semua orang bisa melihat wajah serta anggota
tubuh orang yang meninggal.
Bila proses penutupan peti selesai, maka peti akan didempul. Makin tinggi
jabatan atau makin besar jasanya, maka akan makin lama pula proses pelaksanaan
Mai Song, biasanya bunga duka Adijasa yang
datang akan makin banyak. Cepat atau lambat proses Mai Song ini harus
disesuaikan dengan perhitungan hari ganjil yang telah dilakukan oleh jaipo atau
suhu.
Ketika dilakukan Mai Song, pengunjung yang hadir ke
rumah duka Adijasa Surabaya bisa ikut berbela sungkawa sekaligus menghibur
anggota keluarga yang telah ditinggalkan. Pada tradisi ini, ketika yang meninggal
adalah keturunan Kong Hu Chu maka akan dimasukan beberapa mutiara dengan tujuan
agar orang yang telah meninggal bisa melihat ketika menjalani kehidupan
selanjutnya dan bisa mempunyai seluruh panca indera, biasanya mutiara tersebut
ditempatkan sebanyak 2 di hidung, 2 di mata, 1 di mulut dan 2 di telinga.
Dalam kepercayaan agama Kong Hu Chu, anggota keluarga yang telah ditinggalkan
tidak diperkenankan untuk membawa logam masuk dalam peti mati orang yang sedang
disemayamkan supaya tidak tersambar petir ketika jenazah sudah dikuburkan.
Sedangkan pada pelaksanaan Mai Song untuk keturunan Tionghoa yang memeluk agama
Kristen, maka pada ritual upacara tidak melakukan upacara khusus sebagaimana
yang dilakukan di kepercayaan Kong Hu Chu. Di agama Kristen, ritual ini hanya diisi dengan
pembacaan doa, pidato ucapan terima kasih pada pelayat yang hadir serta
persemayaman.
Pelayat yang hadir di upacara Mai Song keturunan etnis Tiong Hoa Kristen
akan membawa bunga yang dibeli dari toko bunga
Surabaya baru kemudian saling berbincang untuk membantu mengurangi rasa
duka serta memberikan semangat supaya anggota keluarga yang telah ditinggalkan
bisa menjalani hidup dengan lebih baik dan tidak mengalami hambatan tertentu.
Sedangkan yang tidak bisa hadir, umumnya akan menyampaikan ucapan belasungkawa
serta mengirimkan bunga duka Adijasa.
Pada prosesnya upacara Mai Song termasuk tradisi upacara penting yang tidak
bisa ditinggalkan oleh keturunan Tionghoa dari berbagai
macam golongan dan mereka sebisa
mungkin melaksanakan upacara ini untuk menghormati orang yang sudah tiada. Jadi tidak cukup hanya
sekedar memasang pesan bunga papan duka
Surabaya sebagai perwujudan kepedulian
dan rasa hormat.
Bagi anda bila memerlukan karangan bunga ucapan duka, bisa menghubungi kontak dibawah ini :
Agustina Florist
Psr.Bunga Kayoon Stan.B,No.26A
Jl.Kayoon, Surabaya
HP/WA : 081233437027 / 081803291424
Email : agustinaflorist44@gmail.com
Website : clianthabunga.com
Tidak ada komentar untuk "Mengenal Proses Pemakaman Mai Song Dalam Tradisi Tionghoa"
Posting Komentar